Jumat, 09 April 2010

rosemary


Berawal dari kesamaan hobi bermain skateboard, mereka bertemu, nongkrong bareng, dan akhirnya membuat band bareng yang dinamai Rosemary. Band yang digawangi Ajie Indra alias Indra Gatot (gitar/vox), M.A. Firman alias Ink (gitar/vox), T.B. Fajar Juliandri alias Fajar (bass/back vox), Denny Hsu alias Ahong (drum), dan Randy Nazwar (additional trumpet) ini, sudah tidak terhitung berapa kali wara-wiri di berbagai panggung memperkenalkan musik mereka, yang kata orang sih beraliran skatepunk.

“Sebenarnya kita enggak mengklaim aliran musik ini skatepunk. Akan tetapi, mereka yang dengerin dan suka musik kita bilang bahwa aliran musik ini skatepunk. Kenapa milih untuk bikin musik yang seperti ini? Soalnya buat kita skateboard dan musik itu, dua hal yang enggak bisa dipisahkan. Ketika kita menjajal skateboard pun, musik-musik skatepunk itu yang kita denger. Walaupun enggak semua pemain skateboard harus suka musik skatepunk juga atau sebaliknya. Akan tetapi, skatepunk memang cocok didengerin waktu lagi main skate, memicu adrenalin lah! Soalnya musiknya semangat, nge-beat, punya attitude, dan enjoy,” kata Indra Gatot.

Enjoy. Satu kata yang sering Rosemary sebut, bisa dibilang kata ini jadi darah di nadinya Rosemary. “Rosemary itu sama dengan attitude dan sama dengan enjoy! Kita juga bikin musik, bikin band bukan buat mencari uang. Awalnya kita bermusik itu untuk menyalurkan bakat dan hobi, kayak main skateboard juga. Kalau akhirnya kita dapat uang dari hobi ya bagus. Kita sih yang penting enjoy aja bermusik dan berkarya. Buat yang suka ngedengerin musik kita ya dengerin, buat yang enggak suka yah dengerin aja dulu,” ujar Ink semangat.

Yup! Bahkan buat mereka lebih penting menghasilkan karya daripada tiba-tiba terkenal secara instan, seperti kebanyakan band yang bermunculan akhir-akhir ini. “Jangan bercita-cita jadi musisi terkenal secara instan lah tanpa proses, itu cara terkenal yang enggak terhormat buat kita! Apalagi, plagiat memang buat musik itu susah tetapi kita harus mau menghargai karya orang lain, kalau karya kita mau dihargai juga. Lagian, band-band itu juga cuman jadi jago kandang aja. Padahal, banyak teman-teman band indie yang punya potensi bahkan go internasional, justru enggak di-expose. Kita juga ada rencana ke sana, minta dukungan dan doanya aja. Siapa sih yang enggak mau membawa nama baik Indonesia ke dunia internasional?” kata Ink menambahkan.

Akhir-akhir ini, Rosemary juga prihatin ngeliat banyak anak muda yang diterpa aliran musik tertentu dan latah bikin musik tertentu hanya karena sedang tren. “Bikin musik itu, sekali lagi kudu enjoy, jangan latah sama yang lagi tren. Percaya diri aja dengan kemampuan, identitas, dan selera musik kita sendiri. Yang penting berkarya, enggak usah terpengaruh sama apa yang lagi tren,” ujar Fajar.

Kini, setelah didaulat di berbagai album kompilasi, menelurkan album self titled pada 2006 dan repackaged album pada 2008 mereka bersiap kembali masuk ke dapur rekaman. “Bukannya kita enggak produktif tetapi yah banyak kendala. Sekarang sih kita lagi nyiapin materi, moga-moga secepatnya kita bisa keluarin album lagi. Udah banyak yang nanyain juga soalnya. Kita juga berencara keluarin single, jadi minta dukungannya aja,” kata Fajar.

Rosemary juga semangat banget ngajak kamu buat bermusik dan olah raga lho! “Yah, daripada nongkrong enggak jelas, daripada make narkoba, mendingan main musik atau olah raga, salah satunya main skateboard. Kita tunggu deh di skate park 18th Park di Jln. Riau, atau Heaven skateshop Jln. Trunojoyo Bandung,” kata Indra Gatot. Nah, buat kamu yang penasaran sama musik mereka bisa juga klik http://www.myspace.com/myrosemary. Yang pasti, musik mereka bakalan bikin kamu enjoy!

Kamis, 08 April 2010

alone at last*


Alone at last* dengan tanda bintang pada akhir katanya yaitu visi untuk
menjadi bintang dalam arti kata bintang yang selalu mencerahkan
kehidupan kami lewat dunia musik, baik dari segi lirik maupun
arrangement musik yang kami buat, pengalaman, inspirasi dari band atau
musisi lain.

Selain dari itu semua hal yang paling
penting bagi kita adalah kebersamaan dengan teman ? teman, menyatukan
persamaan dan membangun cita ? cita kita dalam bermusik. Alone at last*
selalu suka ngumpul bersama teman ? teman, ngobrolin aneka kehidupan
musik dan band ? band yang menjadi inspirasi atau influence yang sangat
mempengaruhi musik kita.

Dalam kehidupan sehari ? hari
kita sebagian besar sama dengan yang dialami orang ? orang pada umumnya
cinta, persahabatan dan penderitaan dan hal itu yang bisa menjadi
semangat bahkan inspirasi bagi kita untuk menghasilkan karya ? karya
terbaik?to find spirit of life after a great fall.

Setiap
orang punya pengalaman, skill dan imaginasi musik yang berbeda ? beda
dan unik untuk itu kita bahas bersama untuk dijadikan karya yang
terbaik dan mewakilkan apa yang pernah kita rasakan. Karya yang terbaik
untuk semua orang dengan harapan dapat mewakilkan apa yang kalian
rasakan.

Sebagian besar dari kita terpengaruh dari
banyak aliran musik. Kita membuat suatu karya musik yang membuat kita
puas tanpa mengkotak ? kotakan jenis aliran musik yang bisa menjadi
boomerang untuk kita sendiri.

Berawal dari pertemanan Bahe (Gitar) dan Athink (Drum) yang ingin
membentuk sebuah band yang bisa membawa arus emosi dan frustasi
pribadinya lewat musik, memulai sejarah awal berdirinya ALONE AT LAST*
(2002), kemudian personil bertambah dengan kehadiran Indra (Back Voc,
gitar) dan Abox (Back Voc, Bass). Dengan formasi ini ALONE AT LAST*
menyemaraki event ? event indie di Bandung seperti FREE AT LAST#1 ?
Buqiet Cafe. Who knows, ini merupakan langkah awal yang dapat dijadikan
batu loncatan untuk ALONE AT LAST* dimasa yang akan datang???

Lebih
baik cari vokalis baru lagi biar band ini semakin maju?, Indra berseru
ketika itu. Usulan itu direspon dengan baik oleh yang lainnya, tidak
memerlukan waktu lama bergabunglah Yaz (Lead Voc) yang dibarengi dengan
pengunduran diri Abox karena harus konsentrasi kerja, digantikan oleh
Ubey (Back Voc, Bass).

Dengan formasi seperti ini ALONE AT
LAST* mulai menunjukkan keseriusannya dalam bermusik hingga
menghasilkan karya E.P. Sendiri VS Dunia?yang di release oleh salah
satu label indie Bandung yaitu Absolute Record. Di awal tahun 2006,
Indra harus melanjutkan studi-nya sehingga digantikan oleh Ucay
(Gitar). Pengalaman yang membuat kita belajar, dengan jadwal yang mulai
padat itu buah yang bisa kita petik dari E.P Sendiri VS Dunia, tapi itu
semua tidak akan bisa tercapai tanpa kerja keras dari semua team.

Di tengah perjuangan menggarap full album pertama kita, dengan
berat hati di tahun 2007 kita harus merubah formasi, Bahe mengundurkan
diri dan sementara posisinya digantikan oleh add player David (Gitar).
Harapan kita ini adalah formasi terakhir dan full album pertama kita
nantinya bisa diterima dan dapat menjadi gambaran proses kedewasan
ALONE AT LAST*.

beside


Beside exsis dari pertengahan tahun 1997, berdiri di kota Bandung Indonesia, lahir di tengah-tengah komunitas yang cukup ternama di Indonesia “HOMELESS CREW”. Sebuah band project pada asalnya dengan memainkan musik-musik hardcore pada zamannya dari mulai Rykers, Strife, Earth crsis dll. Berganti-ganti personel adalah menjadi suatu kebiasaan, bahkan di akhir tahun 2007 beside masih berganti personel.

Fattah, salah satu gitaris beside yang terakhir harus resign! Di karnakan kesibukan kerja yang sangat padat. Ichad Heaven fall adalah orang yang mereka pilih untuk menutup kosongnya formasi, dan karna seringnya mereka berganti pesonel, maka beside banyak bertemu orang-orang baru yang mempunyai selera musik yang beragam dari mulai Inflames, Soilwork, Dragon force, Slayer, Malevolent creations,Kataklysm dll. Yang pada akhirnya memberi warna baru bagi musik beside. Metal mungkin konsep yang lebih cocok untuk beside pada sekarang ini.

10 tahun memang bukan waktu yang sebentar untuk menyelesaikan satu album, karna seringnya berganti ganti personel, kesibukan yang menyita waktu, konsep musik yang masih belum jelas menjadi factor utama dalam keterlambatan kami.

Dengan formasi saat ini yang solid Owank voc,Akew Guitar, Paneu Bass, Chad Guitar, Baby Drum, akhirnya beside bisa menyelesaikan album pertama kami yang di beri nama AGAINST OURSELVES, yang di rilis di akhir tahun 2007 oleh parapatan rebels & absolute records.

killing me inside


Band Killing Me Inside (Killms) adalah band bergenre Modern Rock / Emo yang dibentuk pada awal tahun 2006 dengan personilnya, yaitu : Sansan sebagai vokalis, Raka dan Josaphat sebagai gitaris, Onadio sebagai bassis dan Rendy pada drum. Pada pertengahan '08, Raka (gitaris) Killing Me Inside terpaksa mengundurkan diri untuk bergabung dengan band lain (Vierra) karena beberapa alasan.

"Gue harus mengundurkan diri dari band ini (Killms) karena adanya bentrok antara 2 band yaitu Killing Me Inside dan Vierra. Kedua band ini akan menjalankan kontrak dimana suatu pihak tidak membolehkan playernya untuk mempunyai lebih dari 1 band. Saat ini gue berada di posisi yang bagi gue hasil akhirnya sama skali bukan apa yang gua inginkan, dimana gue diharuskan untuk memilih Vierra yang disebabkan oleh "suatu faktor keluarga" yang sama sekali gak bisa gue tolak," kata Raka seperti yang dituliskan di Blog Myspace Killms.

Kemudian pada tahun itu, memasuki 2009, setelah beberapa kali manggung dan melakukan tour, Sansan (Vokalis) dan Rendy (Drum) meninggalkan band dan juga karena beberapa alasan. Sansan sebagai vokalis keluar karena memang pilihannya dia sendiri untuk keluar (sekarang ada di Pee Wee Gaskins) dan Rendy sebagai Drummer mengundurkan diri karena sibuk untuk rencana jangka panjangnya demi masa depan.

Formasi terbaru Killms adalah sebagai berikut: Onadio sebagai vokalis, Josaphat pada gitar, Agung pada bass dan Davi untuk menggantikan Rendy pada drum. Band ini sudah mempunyai satu album yaitu "A Fresh Start For Something New" yang hitsnya lagunya yaitu "The Tormented".

burgerkill


ni merupakan sebuah cerita pendek dari 12 tahun perjalanan karir
bermusik dari sebuah band super keras yang telah menjadi fenomena di
populasi musik keras khususnya di Indonesia. Sebuah band yang namanya
diambil dari selewengan sebuah nama restaurant fast food asal Amerika,
ya mereka adalah Burgerkill band asal origin Ujungberung, tempat
orisinil tumbuh dan berkembangnya komunitas Death Metal / Grindcore di
daerah timur kota Bandung. Band lulusan scene Uber ( nama keren
Ujungberung ) selalu dilengkapi gaya Stenografi Tribal dan musik
agresif yang super cepat, Jasad, Forgotten, Disinfected, dan Infamy to
name a few.
Burgerkill berdiri pada bulan Mei 1995 berawal dari Eben, scenester
dari Jakarta yang pindah ke Bandung untuk melanjutkan sekolahnya. Dari
sekolah itulah Eben bertemu dengan Ivan, Kimung, dan Dadan sebagai
line-up pertamanya. Band ini memulai karirnya sebagai sebuah side
project yang ga punya juntrungan, just a bunch of metal kids jamming
their axe-hard sambil menunggu band orisinilnya dapat panggilan
manggung. Tapi tidak buat Eben, dia merasa bahwa band ini adalah
hidupnya dan berusaha berfikir keras agar Burgerkill dapat diakui di
komunitasnya. Ketika itu mereka lebih banyak mendapat job manggung di
Jakarta melalui koneksi Hardcore friends Eben, dari situlah antusiasme
masyarakat underground terhadap Burgerkill dimulai dan fenomena musik
keras tanpa sadar telah lahir di Indonesia.
Walhasil line-up awal band ini pun tidak berjalan mulus, sederet
nama musisi underground pernah masuk jajaran member Burgerkill sampai
akhirnya tiba di line-up solid saat ini. Ketika dimulai tahun 1995
mereka hanya berpikir untuk manggung, pulang, latihan, manggung lagi
dst. Tidak ada yang lain di benak mereka, tapi semuanya berubah ketika
mereka berhasil merilis single pertamanya lewat underground phenomenon
Richard Mutter yang merilis kompilasi cd band-band Bandung pada awal
1997. Nama lain seperti Full Of Hate, Puppen, dan Cherry Bombshell juga
bercokol di kompilasi yang berjudul “Masaindahbangetsekalipisan”
tersebut. Memang masa itu masa indah musik underground. Everything is
new and new things stoked people! Tidak tanggung lagu Revolt! dari
Burgerkill menjadi nomor pembuka di album yang terjual 1000 keping
dalam waktu singkat ini.
Setelah mengenal nikmatnya menggarap rekaman, anak anak ini tidak
pernah merasa ingin berhenti, dan pada akhir tahun 1997 mereka kembali
ikut serta dalam kompilasi “Breathless” dengan menyertakan lagu
“Offered Sucks” didalamnya. Awal tahun 1998 perjalanan mereka berlanjut
dengan rilisan single Blank Proudness, pada kompilasi band-band
Grindcore Ujungberung berjudul “Independent Rebel”. Yang ketika itu
dirilis oleh semua major label dengan distribusi luas di Indonesia dan
juga di Malaysia. Setelah itu nama Burgerkill semakin banyak menghias
concert flyers di seputar komunitas musik underground. The Antics went
higher, semakin banyak fans berat menunggu kehadiran mereka diatas
panggung. Burgerkill sang Hardcore Begundal!
Disekitar awal tahun 1999, mereka mendapat tawaran dari perusahaan
rekaman independent Malaysia, Anak Liar Records yang berakhir dengan
deal merilis album Three Ways Split bersama dengan band Infireal
(Malaysia) dan Watch It Fall (Perancis). Hubungan dengan network
underground di Malaysia dan Singapura berlanjut terus hingga sekarang.
Burgerkill menjadi langganan cover zine independent di negara-negara
tersebut dan berimbas dengan terus bertambahnya fans mereka dari negeri
Jiran. Di tahun 2000, akhirnya Burgerkill berhasil merilis album
perdana mereka dengan title “Dua Sisi” dan 5000 kaset yang di cetak
oleh label indie asal Bandung, Riotic Records ludes habis dilahap
penggemar fanatik yang sudah tidak sabar menunggu sejak lama. Di tahun
yang sama, band ini juga merilis single “Everlasting Hope Never Ending
Pain” lewat kompilasi “Ticket To Ride”, sebuah album yang benefitnya
disumbangkan untuk pembangunan sebuah skatepark di kota Bandung.
Single terakhir menjadi sebuah jembatan ke era baru Burgerkill,
dimana masa awal mereka lagu-lagu tercipta hasil dari pengaruh
band-band Oldschool Hardcore, Name it: Minor Threat, 7 Seconds, Gorilla
Biscuits, Youth of Today, Sick of it All, Insted, Etc. Seiring dengan
waktu, mereka mulai untuk membuka pengaruh lain. Masuklah pengaruh dari
band band Modern Metal dan Newschool Hardcore dengan beat yang lebih
cepat dan lebih agresif, selain itu juga riff-riff powerchord yang
enerjik menjadi bagian kental pada lagu-lagu Burgerkill serta
dilengkapi oleh fill-in gitar yang lebih menarik. Anak-anak ini memang
tidak pernah puas dengan apa yang mereka hasilkan, mereka selalu ingin
berbuat lebih dengan terus membuka diri pada pengaruh baru. Hampir
semua format musik keras dilahap dan di interprestasikan kedalam lagu,
demikianlah Burgerkill berkembang menjadi semakin terasah dan dewasa.
Lagu demi lagu mereka kumpulkan untuk menjadi sebuah materi lengkap
rilisan album kedua.
Beberapa Mainstream Achievement pun sempat mereka rasakan, salah
satunya menjadi nominator Band Independent Terbaik ala majalah
NewsMusik di tahun 2000. Awal tahun 2001 pun mereka berhasil melakukan
kerjasama dengan sebuah perusahaan produk sport apparel asal Amerika:
PUMA yang selama 1 tahun mensupport setiap kali Burgerkill melakukan
pementasan. Dan sejak Oktober 2002 sebuah produk clothing asal
Australia: INSIGHT juga mensupport dalam setiap penampilan mereka.
Pertengahan Juni 2003, Burgerkill menjadi band Hardcore pertama di
Indonesia yang menandatangani kontrak sebanyak 6 album dengan salah
satu major label terbesar di negeri ini, Sony Music Entertainment
Indonesia. Dan setelah itu akhir tahun 2003, Burgerkill berhasil
merilis album kedua mereka dengan title “Berkarat”. Lagu-lagu pada
album ini jauh lebih progressif dan penuh dengan teknik yang lebih
terasah dibandingkan album sebelumnya. Hampir tidak ada lagi nuansa
straight forward dan moshpart sederhana ala band standard Hardcore yang
tercermin dari single-single awal mereka. Pada sector vocal dengan
tetap mengedepankan nuansa depresif dan kelam, karakter vocal Ivan sang
vokalis Bengal lebih berani dimunculkan dengan penulisan bahasa pertiwi
dan artikulasi kata yang lebih jelas. Dan di sector musik pun, Toto,
Eben, Andris dan gitaris baru mereka Agung semakin berani menjelajahi
daerah-daerah baru yang sebelumnya tidak pernah dijajaki kelompok musik
keras manapun di Indonesia.
Sebuah kejutan hadir pada pertengahan tahun 2004, lewat album
“Berkarat” Burgerkill masuk kedalam salahsatu nominasi dalam salah satu
event Achievement musik terbesar di Indonesia “Ami Awards”. Dan secara
mengejutkan mereka berhasil menyabet award tahunan tersebut untuk
kategori “Best Metal Production”. Sebuah prestasi yang mungkin tidak
pernah terlintas di benak mereka, dan bagi mereka hal tersebut
merupakan sebuah tanggung jawab besar yang harus mereka buktikan
melalui karya-karya mereka selanjutnya.
Di awal tahun 2005 di tengah kesibukan mereka mempersiapkan materi
untuk album ketiga, Toto memutuskan untuk meninggalkan band yang telah
selama 9 tahun dia bangun bersama. Namun kejadian ini tidak membuat
anak-anak Burgerkill putus semangat, mereka kembali merombak formasinya
dengan memindahkan Andris dari posisi Bass ke posisi Drums dan terus
melanjutkan proses penulisan lagu dengan menggunakan additional bass
player. Sejalan dengan selesainya penggarapan materi album ketiga,
tepatnya November 2005, Burgerkill memutuskan kontrak kerjasama dengan
Sony Music Entertainment Indonesia dikarenakan tidak adanya kesepakatan
dalam pengerjaan proyek album ketiga. So guys…these kids always have a
great spirit to keep blowing their power, dan akhirnya mereka sepakat
untuk tetap merilis album ke-3 “Beyond Coma And Despair” di bawah label
mereka sendiri Revolt! Records di pertengahan Agustus 2006. Album
ketiga yang memiliki arti sangat dalam bagi semua personil Burgerkill
baik secara sound, struktur, dan format musik yang mereka suguhkan
sangat berbeda dengan dua album sebelumnya. Materi yang lebih berat,
tegas, teknikal, dan berani mereka suguhkan dengan maksimal disetiap
track-nya.
Namun tak ada gading yang tak patah, sebuah musibah terbesar dalam
perjalanan karir mereka pun tak terelakan, Ivan sang vokalis akhirnya
menghembuskan nafas terakhirnya ditengah-tengah proses peluncuran album
baru mereka di akhir Juli 2006. Peradangan pada otaknya telah merenggut
nyawa seorang ikon komunitas musik keras di Indonesia. Tanpa disadari
semua penulisan lirik Ivan pada album ini seolah-olah mengindikasikan
kondisi Ivan saat itu, dilengkapi alur cerita personal dan depresif
yang terselubung sebagai tanda perjalanan akhir dari kehidupannya.
“Beyond Coma And Despair” sebuah album persembahan terakhir bagi Ivan
Scumbag yang selama ini telah menjadi seorang teman, sahabat, saudara
yang penuh talenta dan dedikasi dengan disertai karakter karya yang
mengagumkan. Burgerkill pun berduka, namun mereka tetap yakin untuk
terus melanjutkan perjalanan karir bermusik yang sudah lebih dari 1
dekade mereka jalani, dan sudah tentu dengan menghadirkan seorang
vokalis baru dalam tubuh mereka saat ini. Akhirnya setelah melewati
proses Audisi Vokal, mereka menemukan Vicki sebagai Frontman baru untuk
tahap berikutnya dalam perjalanan karir mereka.
Dan pada awal Januari 2007 mereka telah sukses menggelar serangkaian
tour di kota-kota besar di Pulau Jawa dan Bali dalam rangka
mempromosikan album baru mereka. Target penjualan tiket di setiap kota
yang didatangi selalu mampu mereka tembus, dan juga ludesnya penjualan
tiket di beberapa kota menandakan besarnya antusiasme masyarakat musik
cadas di Indonesia terhadap penampilan Burgerkill. A written story just
wouldn’t enough, tunggu kejutan dan dengarkan album baru mereka, tonton
konsernya dan rasakan sensai musik keras yang tak akan kamu lupakan.
berita yang telah kami terima bahwa mereka sempat pada bulan Maret 2009
Tour diAustralia dengan tajuk “The Invasion Of Noise” Western
Australian Tour 2009. dan mereka juga akan segera melaksanakan Tur
dibulan Mei 2009 ke Malaysia “Malaysian Hardcore Mosh Wanted Part II”.

me come back

hello hello semua aku kembali .hahaha
setelaah bertaun taun saya tidak urus blog ini .
mulai hari ini saya mau posting smua tentang band band indie .
hahahha ,enjoy it friends !